Bendung Katulampa adalah bangunan yang terdapat di Kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat. Bangunan ini di bangun pada tahun 1911 dengan tujuan sebagai peringatan dini atas air yang sedang mengalir ke Jakarta serta sarana irigasi lahan seluas 5.000 hektar yang terdapat pada sisi kanan dan kiri bendung. Pada saat musim hujan, bendung ini bisa dilewati air dengan rekor debit 630 ribu liter air per detik atau ketinggian 250 centimeter yang pernah terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, dan 2010.
Sejarah
Bendung Katulampa mulai dioperasikan pada tahun 1911, akan tetapi, pembangunannya sudah dimulai sejak 1889, sejak banjir besar melanda Jakarta pada 1872. Banjir saat itu dikabarkan membuat daerah elit Harmoni ikut terendam air luapan Ciliwung. Dari Katulampa, sebagian air Ciliwung dialirkan lewat pintu air ke Kali Baru Timur, saluran irigasi yang dibangun pada waktu yang sama. Dari Bogor bagian timur, sungai buatan itu mengalir ke Jakarta, di sepanjang sisi Jalan raya Bogor, melalui Cimanggis, Depok, Cilangkap, sebelum bermuara di daerah Kali Besar, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Air Kali Baru Timur dulu dipakai untuk mengairi sawah yang banyak terdapat di daerah antara Bogor dan Jakarta.
Sampai tahun 1990, areal persawahan di Bogor dan Jakarta masih banyak, yakni 2.414 hektar. Namun kini sawah hampir habis. Hanya Bogor dan Cibinong yang masih memiliki 72 hektar sawah, sementara Jakarta sama sekali habis.
Sehingga fungsi irigasi Bendung Katulampa bisa dikatakan sudah berakhir akibat punahnya areal persawahan di Bogor dan Jakarta.Dengan begitu, fungsinya kini tinggal sebagai bagian dari sistem
peringatan dini bahaya banjir bagi warga Jakarta.
Fungsi informasi dini banjir
Berbeda dengan pemahaman kebanyakan orang, Katulampa sebenarnya hanya sebuah sistem informasi dini terhadap bahaya banjir Sungai Ciliwung yang akan memasuki Jakarta. Data mengenai ketinggian air di bendung Katulampa ini memperkirakan bahwa sekitar 3 - 4 jam kemudian air akan sampai di daerah Depok. Selanjutnya di Bendung Depok ketinggian air dipantau dan dilaporkan ke Jakarta sehingga masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar aliran Sungai Ciliwung sudah dapat mengantisipasi sedini mungkin datangnya air banjir yang akan melewati daerah mereka.
Semua catatan ini lalu dilaporkan lewat telepon ke berbagai pihak yang berkepentingan. Mereka antara lain Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, pos pemantau ketinggian air Ciliwung di Depok, dan petugas Pintu Air Manggarai, dan Pemerintah Kota Bogor.
Dari
Katulampa, air Ciliwung mengalir selama sekitar enam jam untuk sampai di Depok,
di pintu air Depok - pos pengukur ketinggian air. Dari sana, masih dibutuhkan
waktu sekitar delapan jam lagi sebelum air kiriman dari Bogor tiba di Jakarta,
di Pintu Air Manggarai.
'Tetapi, laju air juga tergantung pada
ketinggiannya. Makin tinggi permukaan air, makin tinggi pula kecepatan
alirannya," katanya.
Jika tinggi air Ciliwung sedah mencapai 80 cm, penjaga Bendung Katulampa langsung menetapkan status siaga IV dan wajib melaporkannya ke Jakarta. Ketinggian 80 cm menandakan debit air Ciliwung sudah cukup besar dan bisa mengakibatkan banjir di Jakarta.
Jika tinggi air Ciliwung sedah mencapai 80 cm, penjaga Bendung Katulampa langsung menetapkan status siaga IV dan wajib melaporkannya ke Jakarta. Ketinggian 80 cm menandakan debit air Ciliwung sudah cukup besar dan bisa mengakibatkan banjir di Jakarta.
"Kami harus segera menginformasikannya karena dalam waktu enam jam, air besar di Katulampa itu akan tiba di Jakarta," papar Andi. Soalnya, ketinggian air Ciliwung setiap saat bisa mendadak melonjak. "Walau di sini tidak hujan, ktinggian air bisa tetap naik sampai tingkat waspada atau siaga jika hujan lebat turun secara merata di kawasan Puncak," tambah laki-laki 41 tahun itu.
Jakarta makin tenggelam karena kiriman air dari Bogor bertemu dengan pasang naik air dari Bogor bertemu dengan pasang naik air laut di Teluk Jakarta dan guyuran hujan yang merata di lima wilayah Ibu Kota. Menurut Andi, dirinya akan menjadi pihak yang paling disalahkan kalau waktu itu lalai memonitor ketinggian air atau jika tak segera menginformasikan hasilnya ke Jakarta.
"Jakarta jan mengantisipasi datangnya banjir, salah satunya berdasarkan informasi dari kami. Dengan demikian, warga Jakarta punya waktu untuk bersiap-siap," ujarnya.
Tugas penjaga Bendung Katulampa tak cuma memantau ketinggian air. Kondisi cuaca di sekitar bendung yang berlokasi di Desa Katulampa, Tajur, Bogor Selatan, itu juga harus terus dipantau dan setiap jam dicatat di buku laporan yang tersedia. Pemantaun cuaca dilakukan juga dengan terus mengikuti laporan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Semua catatan ini lalu dilaporkan lewat telepon ke berbagai pihak yang berkepentingan. Mereka antara lain Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, pos pemantau ketinggian air Ciliwung di Depok, dan petugas Pintu Air Manggarai, dan Pemerintah Kota Bogor.
Para penjaga yang selalu siap siaga 24 jam ini berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan kerja para penjaga Bendung Katulampa. Mereka juga berharap pos penjagaan mereka segera dilengkapi dengan komputer.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bendung_Katulampa
KASKUS
KASKUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar